

Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ |

1. orientasi kesadaran 2. transendensi kearhatan 3. transformasi kecakapan 4. aktualisasi kemapanan 5. harmonisasi kewajaran | 1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha Swadika : Talenta, : Visekha: 2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran kecakapan : kemapanan, : kewajaran : 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo : Alam : |


mengingatkan, mengarahkan, menguatkan
00:02:32 --> --> 00:02:59 Life is about choices. And those choices... come with responsibilities. This is the time... for me to bear that responsibility. | 00:02:32 --> --> 00:02:59 Hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan itu datang dengan tanggung jawab. Inilah saatnya untukku memikul tanggung jawab itu. |
00:11:55 --> --> 00:12:27 You are not a Monster. You were born a human and lived as human You have the heart of a human. So live as one | 00:02:32 --> --> 00:02:59 Kau bukan Monster. Kau terlahir dan tinggal sebagai manusia. Kau punya hati manusia. Jadi hiduplah manusiawi sebagai manusia |
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan tiracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana
Universal : keterlelapan energi / nama Brahma : arupa & rupa ,
Eksistensial : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya
Dunia : sd pralaya Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya : sd pralaya ( lokantarika ?) - Brahma : sd pralaya ( abhasara etc
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? )
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)
What's next ?
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?)
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia Sentra Yang Esa )
3. Mandala Tanpa Samsara (Fase tanpa Dhamma - tiada Dhyana )
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
plus : PARADIGMA SEDERHANA KEMBALI MEMBUMI IMPERSONAL REALITY :Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ?Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama :Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku.Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal
Rehat .... garapan, srawungan, drakoran (bulgasal ?)plus
Be Realistics to Realize the Real
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)Jo Bheji Thi Dua, Woh Jaake AasmaanDoa yg telah kupanjatkan, mencapai langitSe Yun Takra Gayi, Ke Aa Gayi, Hai Laut Ke Sadaa…Kemudian bertabrakan dengannya (langit) dan memantul kembali tanpa jawaban(doa-doaku tak didengar dan suaraku kembali padaku)
Therefore we pray to You instead, O God,
For strength, determination, and willpower,To do instead of just to pray,To become instead of merely to wish.Oleh karena itu kami berdoa kepadaMu sebagai gantinya, ya Tuhan,
Untuk kekuatan, tekad, dan kemauan,Melakukan, bukan hanya berdoa,Menjadi bukan sekadar berharap.